Gadogadopers.com – Kebakaran hebat melanda permukiman padat penduduk di Kampung Bali Matraman, Manggarai, Jakarta Selatan, pada Selasa dini hari. Peristiwa ini berlangsung sekitar pukul 02.30 WIB dan baru berhasil dipadamkan secara total setelah 16 jam upaya keras oleh petugas Sudin Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Jakarta Selatan.
Triyanto, Perwira Piket Sudin Gulkarmat Jakarta Selatan, mengungkapkan bahwa proses pemadaman dimulai tak lama setelah laporan kebakaran diterima. “Pemadaman dinyatakan selesai sekitar pukul 18.40 WIB, sementara kebakaran dilaporkan sekitar pukul 02.30 WIB, mulai pemadaman sekira pukul 02.44 WIB, dan proses pendinginan pukul 06.57 WIB,” ujar Triyanto.
Pada awalnya, enam unit mobil pemadam dan 20 personel diterjunkan untuk mengatasi kebakaran tersebut. Namun, upaya awal ini tidak mampu meredam amukan si jago merah. Oleh karena itu, jumlah armada ditambah menjadi 36 unit mobil pemadam kebakaran, guna memastikan api benar-benar dapat dikuasai.
Menurut Triyanto, salah satu kendala utama dalam penanganan kebakaran ini adalah sulitnya akses masuk ke lokasi kejadian. “Akses masuk ke tempat kejadian perkara (TKP) menjadi salah satu hambatan bagi kami untuk memadamkan api,” jelasnya.
Penyebab kebakaran tersebut diduga akibat korsleting listrik yang terjadi saat seorang warga sedang mengisi daya telepon selulernya. Menurut keterangan Triyanto, “(Ada) HP lagi di-charge, kemudian meledak menyambar tempat tidur. Ibu Sani berusaha memadamkan api secara mandiri, namun api sangat cepat membesar.”
Ia menambahkan bahwa warga sekitar, yang mengetahui kejadian tersebut, berusaha membantu dengan mendobrak rumah Ibu Sani untuk memadamkan api. Namun, upaya ini tidak berhasil, dan warga segera melaporkan kejadian ini ke pos Gulkarmat terdekat di Manggarai.
Baca juga: Tragedi Kebakaran Mampang Prapatan, Tujuh Nyawa Melayang dalam Kobaran Api Mematikan!
Akibat kebakaran ini, sebanyak 1.457 Kepala Keluarga (KK) terdampak, dengan tujuh orang di antaranya mengalami luka-luka. Rumah-rumah warga di RW 06 menjadi titik awal api yang kemudian menyebar ke dua RW lainnya, yaitu RW 05 dan RW 12. Kondisi ini memperparah kerusakan yang ditimbulkan oleh kebakaran tersebut.
Tidak hanya itu, proses pemadaman juga dihadapkan pada kendala lain, yakni kekurangan air dan akses jalan yang sempit. Eki, salah seorang warga yang berada di lokasi kejadian, mengungkapkan bahwa petugas pemadam kebakaran kesulitan untuk memasuki area yang terbakar. “Akses untuk pemadam susah masuk, makanya susah buat masuk ke daerah yang terbakar, sudah gitu air kehabisan,” kata Eki saat diwawancarai di lokasi.
Oleh karena itu, warga setempat ikut terlibat dalam upaya pemadaman, bekerja sama secara estafet untuk mengambil air dari rumah dan masjid di sekitar lokasi kejadian. Partisipasi warga sangat membantu dalam mencegah api semakin meluas ke permukiman lainnya.
Kebakaran di Manggarai ini menjadi salah satu insiden yang menunjukkan pentingnya kesiapan dalam menghadapi situasi darurat di wilayah padat penduduk. Evaluasi lebih lanjut diperlukan untuk memperbaiki sistem penanganan kebakaran di kawasan dengan akses terbatas, agar kejadian serupa di masa mendatang dapat ditangani lebih cepat dan efisien.
Dalam menghadapi situasi darurat seperti ini, kerjasama antara petugas dan warga sangat krusial. Kebakaran yang menghanguskan banyak rumah di Manggarai ini menjadi peringatan akan pentingnya sosialisasi dan edukasi terkait langkah-langkah pencegahan kebakaran di lingkungan padat penduduk. Selain itu, peningkatan fasilitas dan infrastruktur di wilayah rawan kebakaran juga harus menjadi prioritas bagi pemerintah daerah.
Dengan berbagai upaya yang dilakukan, pemadaman api di Kampung Bali Matraman ini akhirnya berhasil diselesaikan, meskipun membutuhkan waktu yang cukup lama. Namun, dampak yang ditimbulkan sangat besar, terutama bagi ribuan warga yang kini kehilangan tempat tinggal mereka. Ke depannya, evaluasi dan perbaikan sistem penanggulangan kebakaran di kawasan padat penduduk seperti Manggarai perlu menjadi fokus utama agar kejadian serupa dapat dicegah dan ditangani lebih baik.
Sumber: Kompas.