Gadogadopers.com – Banjir yang melanda wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) sejak Senin (3/3/2025) malam telah memicu perhatian serius dari berbagai pihak. Anggota Komisi V DPR dari Fraksi Gerindra, Danang Wicaksana Sulistya, mempertanyakan efektivitas Sodetan Ciliwung dalam mengatasi banjir yang masih terjadi di sejumlah wilayah tersebut.
Danang mengungkapkan keprihatinannya terkait kinerja Sodetan Ciliwung yang belum optimal. Ia menyoroti kemungkinan bahwa infrastruktur tersebut belum berfungsi maksimal atau debit air yang tinggi tidak dapat ditampung sehingga menyebabkan luapan air. “Apakah ini terkendala dari Sodetan Ciliwung yang masih belum berfungsi secara maksimal atau memang ini debit airnya tidak mampu menampung sehingga tetap meluap? Nah ini yang akan kami, yang penting sudah kami sampaikan ke kementerian melalui fraksi kami,” ujar Danang kepada wartawan, Selasa (4/3/2025).
Meskipun menerima informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bahwa curah hujan di wilayah Bogor Raya cukup tinggi, Danang tetap meminta Kementerian Pekerjaan Umum (PU) segera mengidentifikasi penyebab banjir yang masih terjadi meskipun infrastruktur penanganan banjir telah dibangun. Ia menekankan pentingnya evaluasi terhadap kinerja Sodetan Ciliwung dalam menampung debit air yang tinggi. “Kami dapat info dari BMKG memang curah hujan di daerah Bogor Raya lagi tinggi-tingginya karena seharian infonya full dengan hujan cukup tinggi,” terangnya. “Tapi yang jelas, saya sampaikan untuk PU segera mendeteksi ini, apakah Sodetan Ciliwung ini dengan debit air yang seperti kemarin tidak bisa menampung atau seperti apa. Segera dicari titik terangnya kenapa kok kembali lagi di daerah yang seharusnya menerima manfaat dari Sodetan Ciliwung kok masih terkena banjir,” sambungnya.
Sebagai mitra Komisi V DPR, Danang berharap Kementerian Pekerjaan Umum memastikan infrastruktur penanganan banjir berfungsi dengan baik dan menjadikan penanganan banjir sebagai prioritas. “Kami dari Komisi V melalui mitra Kementerian PU memang selalu berkoordinasi, artinya menekankan PU untuk benar-benar mengenai banjir yang selalu ada ini menjadi salah satu prioritas juga,” jelasnya.
Sodetan Ciliwung, yang diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 31 Juli 2023, dirancang untuk mengalihkan sebagian debit air Sungai Ciliwung ke Kanal Banjir Timur (KBT) melalui Kali Cipinang. Dengan kapasitas maksimal 60 meter kubik per detik, sodetan ini diharapkan dapat mengurangi risiko banjir di Jakarta. “Dengan adanya terowongan ganda Sodetan ini, sebagian debit banjir Kali Ciliwung dapat dialihkan ke Kanal Banjir Timur [KBT] melalui Kali Cipinang secara gravitasi sebesar 60 meter kubik per detik sehingga mampu meminimalisir area yang terdampak banjir di DKI Jakarta,” jelas WIKA dalam keterangan tertulisnya.
Namun, meskipun sodetan ini telah beroperasi, banjir masih terjadi di beberapa wilayah Jakarta. Sekretaris Fraksi PKS DPRD DKI, Muhammad Taufik Zoelkifli, menilai efektivitas Sodetan Ciliwung masih rendah dalam mengatasi banjir di Ibu Kota. Ia menekankan perlunya evaluasi dan perbaikan terhadap infrastruktur tersebut. “Sodetan Ciliwung baru diresmikan, hujan ini cobaan. Ternyata efektivitasnya masih rendah. Maka harus dievaluasi untuk dilakukan perbaikan,” kata Taufik dalam keterangannya.
Pembangunan Sodetan Ciliwung sendiri mengalami perjalanan panjang. Proyek ini dimulai pada 2013 namun sempat terhenti sejak 2015 karena kendala pembebasan lahan. Setelah terbengkalai selama hampir 11 tahun, proyek ini akhirnya rampung dan diresmikan pada 31 Juli 2023. “Urusan Sodetan Ciliwung ini sudah bertahun-tahun, sudah hampir 11 tahun dan hari ini alhamdulillah selesai. Ini bisa menyelesaikan paling tidak enam kelurahan enggak banjir lagi,” ujar Presiden Joko Widodo saat peresmian.
Meskipun demikian, banjir yang masih terjadi menunjukkan bahwa penanganan banjir di Jakarta memerlukan pendekatan yang komprehensif. Selain pembangunan infrastruktur seperti sodetan dan bendungan, diperlukan juga upaya lain seperti normalisasi sungai, peningkatan kapasitas drainase, serta pengelolaan tata ruang yang baik. Kolaborasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat menjadi kunci dalam mengatasi permasalahan banjir yang kompleks ini.
Selain itu, faktor perubahan iklim yang menyebabkan curah hujan ekstrem juga perlu diperhatikan dalam perencanaan dan pelaksanaan program penanggulangan banjir. Dengan demikian, diharapkan upaya-upaya yang dilakukan dapat memberikan hasil yang optimal dalam mengurangi dampak banjir di masa mendatang.
Dalam menghadapi tantangan ini, evaluasi berkala terhadap infrastruktur yang telah dibangun, termasuk Sodetan Ciliwung, menjadi penting untuk memastikan fungsinya berjalan sesuai rencana. Dengan langkah-langkah yang tepat dan terkoordinasi, diharapkan permasalahan banjir yang kerap melanda Jabodetabek dapat diminimalisir secara signifikan.