Pabrik Tekstil Raksasa di Jabar ini Klaim Dari 55 Ribu Pegawai, Tidak Satupun di PHK Selama Pandemi
TRIBUNJABAR.ID, SUMEDANG – Kebijakan penanganan pandemi Covid-19 berdampak pada macetnya perekonomian Indonesia. Sektor usaha kecil hingga besar turut terdampak. Tidak sedikit usaha yang bangkrut dan perusahaan melakukan PHK pada karyawannya.
Sedikit yang bisa bertahan dalam situasi serba sulit ini, salah satunya PT Kahatex, pabrik tekstil yang berada di Kabupaten Sumedang, Jabar.
Informasi yang dihimpun Tribun Jabar.id, pabrik tekstil raksasa di Jawa Barat ini mampu bertahan menghadapi dampak pandemi Covid-19. Manajemen perusahaan tersebut mengaku tidak melakukan PHK kepada karyawannya selama pandemi Covid-19.
“Selama pandemi Covid-19, tidak ada karyawan PT Kahatex yang di PHK,” ucap Manajer Marketing PT Kahatex, Rudy Limawan saat pelaksanaan vaksinasi Covid-19 di PT. Kahatex, Jalan Bandung-Garut, Kabupaten Sumedang, Kamis (5/8/2021).
Rudy mengatakan, untuk mengantisipasi dampak pandemi Covid-19, pihaknya mengaku berkolaborasi dengan serikat buruh dan berusaha membagi jam kerja karyawan.
“Kami berkolaborasi dengan serikat pekerja. Jika biasanya karyawan bekerja lima hari dalam satu minggu, kami tarik menjadi tujuh hari lantaran untuk menghindari kerumunan sesuai aturan PPKM, dan kami berusaha juga untuk menjaga karyawan agar bisa tetap bekerja secara bergiliran,” tuturnya.
Rudy menyebut 70 persen karyawan PT Kahatex telah menjalani vaksinasi Covid-19. Ditambah dengan vaksinasi massal yang digelar Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, dan Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI).
“Total karyawan PT Kahatex ada 55 ribu orang, dan disini (PT Kahatex Sumedang) ada 30 ribu orang karyawan,” kata dia.
Ia mengatakan, perusahaan tekstil ini telah menyiapkan strategi untuk menghadapi pandemi Covid-19.
“Strategi kami, semua karyawan yang bekerja dan karyawan yang tengah menjalani isolasi mandiri semuanya dibayar,” kata Rudy, menambahkan.
Meski begitu, Rudy menambahkan, produksi perusahaanya menurun drastis saat penerapan PPKM akibat pandemi Covid-19.
“Ya, pruduksi kami ada penurunan lantaran banyak pelanggan lokal tidak boleh membuka tokonya,” katanya.
Meski begitu, selama penerapan PPKM pihaknya mengaku terbantu oleh pasar eksport. Menurutnya, saat ini perusahaannya telah mengekspor ke 80 negara di Asia, Eropa, Afrika, dan Amerika.
“Selama PPKM, pasar lokal berkurang, namun pasar eksport normal, tidak ada kendala. Rasio ekspornya 90-10 persen, kalau dulu rasionya 50-50 persen,” kata Rudy.